Thursday, May 15, 2008

Kebenaran: FAKTA atau OPINI?

(Tulisan ini saya dedikasikan khusus untuk dua orang teman saya, Rudi MS dan Ansel Kahan).

Beberapa waktu lalu lahir koran lokal DKI baru sebagai saingan koran yang beredar di Jakarta, Jawa Barat dan Sumatera bagian selatan, namanya Koran Jakarta (denger2 katanya punya grup Bakrie, :-) ). Slogan Koran ini sangat menarik, yaitu ‘KEBENARAN Itu Tidak Pernah Memihak’ Benarkah demikian?

Sepintas nampaknya tidak terbantahkan, tapi mari kita cek ricek dengan 2 pertanyaan berikut:

  1. Apa itu sejatinya KEBENARAN?
  2. Apakah jawaban kita untuk pertanyaan no. 1 di atas sama dengan orang lain?

Jika tidak diperoleh jawaban tunggal atas arti KEBENARAN (dan ini adalah sangat sangat mungkin terjadi), lalu bagaimana kita bisa mengatakan bahwa KEBENARAN itu tidak memihak? ;)


Dalam sudut pandang manusia, KEBENARAN itu jelas memihak.

Mungkin ada yang berargumentasi bahwa KEBENARAN itu ada banyak kategori, misalnya ada KEBENARAN mutlak ada KEBENARAN relatif. Jika demikian mari kita periksa lagi, apa itu KEBENARAN mutlak dan apa KEBENARAN relatif? Mungkin diantara kita ada yang mengatakan bahwa KEBENARAN mutlak adalah KEBENARAN menurut agama!

Tetapi jikalau kita telusuri lebih jauh, KEBENARAN menurut agama yang MANA? Di Indonesia saja ada banyak agama, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Khonghucu, dan lain-lain. Islam sendiri paling tidak ada Sunni, Syi’ah (dan Ahmadiyah!), Kristen ada Katolik, Protestan dan lainnya. Lalu KEBENARAN mutlak agama mana yang akan menjadi patokan? Bila dasarnya adalah mayoritas, di Indonesia yang menang adalah Islam, di India yang menang adalah Hindu. Di Dunia yang paling banyak adalah Kristen!


Dalam sudut pandang manusia, KEBENARAN itu kontekstual. Keberlakuannya dibatasi oleh ruang dan waktu.

Mari kita ambil contoh yang lain, KEBENARAN menurut ilmu pengetahuan (IP). Kita ambil dari ilmu Fisika, hukum Newton. Menurut beliau (kalau tidak salah), setiap benda akan ‘jatuh’ ke permukaan bumi karena dua hal, memiliki massa dan adanya gaya gravitasi bumi. Apakah ‘KEBENARAN’ pernyataan ini berlaku jika benda ada di luar angkasa yang tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi bumi?


Sebuah FAKTA adalah KEBENARAN, tetapi OPINI terhadap FAKTA, belum tentu sebuah KEBENARAN.

Untuk ini kita ambil contoh tabrakan. Terjadi tabrakan antara sebuah motor dengan mobil di jalan Sudirman Jakarta dan pengendara motor tewas di tempat. Bagaimana kita mengetahui KEBENARAN dalam kasus ini?

Sebuah koran menyimpulkan ‘Kemarin terjadi tabrakan di jalan Sudirman, pengemudi motor tewas, pengendara mobil melarikan diri!’ Apakah ini sebuah KEBENARAN?

Koran lain mengatakan, ‘Pengendara motor tewas, penabrak dalam pengejaran polisi!' Apakah ini juga sebuah KEBENARAN?

Misalnya, ada dari salah satu kita sempat melihat kejadian tersebut dan mengatakan, ‘Waktu itu saya lihat ada mobil ngebut menyenggol pengendara motor, pengendara motor jatuh dan tertabrak mobil belakangnya! Apakah ini sebuah KEBENARAN?

Misalnya lagi ada salah satu kamerawati sebuah stasiun TV yang sedang merekam situasi yang terjadi di jalan Sudirman lewat sebuah jembatan penyebrangan, tanpa sengaja merekam adegan tabrakan tersebut. Dari hasil rekaman tersebut, selain yang disampaikan oleh saksi mata, ternyata mendapatkan FAKTA bahwa ada sebuah batu yang melayang ke pintu mobil pertama sehingga si supir kaget dan menyenggol motor!

Selanjutnya FAKTA lain sudah terungkap!

Inilah beberapa FAKTA yang terungkap dari kasus ini:

  1. Telah terjadi tabrakan di Jalan Sudirman Km …, pada jam … tanggal …;
  2. Tabrakan tersebut telah menewaskan pengendara motor bernama … umur … beralamat di …;
  3. Selian motor, ada dua mobil yang terlibat dalam tabrakan tersebut, yaitu mobil … dengan nopol … dan mobil … dengan nopol …;
  4. Kedua mobil tersebut masih dalam pencarian polisi karena tidak ada di tempat pada saat polisi datang ke TKP;
  5. Telah ditemukan batu yang menyebabkan pecahnya kaca mobil penyenggol sepeda motor serta pecahan kacanya.

Apakah KEBENARAN sudah terungkap dari FAKTA-FAKTA yang diperoleh? Lalu siapa yang melempar batu (dan sembunyi tangan)? Apa motifnya?

Jika membaca, melihat, mendengarkan apa yang disampaikan oleh media massa apapun bentuknya (cetak, tv, radio). Kita seyogyanya bisa membedakan apakah:

  1. Media tersebut mengungkapkan FAKTA atau menyampaikan OPINI?
  2. Media tersebut sudah menyajikan fakta dengan cukup LENGKAP atau hanya SEBAGIAN SAJA (Misalnya, karena FAKTA lain BELUM TERSEDIA atau dianggap TIDAK PENTING)?


Tentu saja tidak hanya berlaku untuk media massa, tulisan ini pun adalah sebuah OPINI, bukan FAKTA apalagi KEBENARAN!

Sunday, May 04, 2008

Prestasi SBY : Sebuah Catatan Positif

Walaupun dalam banyak hal saya kecewa karena apa yang diharapkan dari Presiden 2004-2009 belum terjadi, tetapi sangatlah tidak adil jika tidak mencoba mengapresiasi capaian positifnya. Inilah beberapa catatan singkat saya mengenai keberhasilan SBY:


1. Memilih Wakil Presiden yang Tepat

Memilih Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden adalah prestasi terpenting SBY. Jika sebagian kalangan meragukan teamworking duet ini, saya justru menilai mereka adalah duet yang serasi dan saling melengkapi. SBY terkesan sangat hati-hati dalam mengambil keputusan, JK terlihat lebih tegas dan cepat. SBY cenderung memilih alternatif putusan yang aman dan populis, JK lebih kontroversial.

Jika pun ada kesan mereka tidak solid dan berkompetisi, tapi semua masih dalam batas wajar dan sangat manusiawi karena gaya kepemimpinan mereka memang berbeda.

Jujur saya akui jika duet ini masih yang terbaik untuk Indonesia dari sekian banyak calon yang sudah muncul (termasuk muka-muka lama yang sebenarnya sudah kedaluarsa atau perlu dikasih cermin dulu sebelum maju ke bursa pencalonan, he..he..).


2. Memiliki Beberapa Anggota Kabinet yang Perlu Diacungi Jempol

Yang saja lihat paling menonjol adalah Sri Mulyani dan Jenderal Sutanto.

Apa yang dilakukan oleh Sri Mulyani, baik yang bersifat pembenahan ke dalam (internal) maupun dalam kapasitasnya sebagai Menkeu telah menunjukkan kompetensinya baik dalam bidang keuangan dan ekonomi makro maupun sebagai leader di Departemennya. Tidak kalah penting dia telah mencontohkan bagaimana seharusnya pembantu Presiden berperan dan bekerjasama dengan sesama kolega.

Apa yang dia lakukan dalam bidang perpajakan, walaupun menimbulkan pro kontra, saya nilai sangat baik. Demikian juga dengan sistem remunerasi di Departemen Keuangan, walaupun banyak melahirkan kecaman dan komentar miring, juga merupakan capaian yang progresif. Cara dia berbicara, bertindak dan berkomentar, lepas dari setuju atau tidak, membuktikan bahwa dia capable sebagai pejabat negara.

Jenderal Sutanto, juga adalah contoh Pejabat Negara yang harus diapresiasi. Gebrakannya membenahi Kinerja Kepolisian sangat signifikan. Untuk mencari buktinya tidak perlu jauh-jauh, tanya saja pada para pejabat Polri dari berbagai kubu. Bagaimana kesan mereka. Jika mereka tidak suka atau biasa-biasa saja, perlu kita tanya lebih jauh apa alasannya? Apakah mereka menilai dengan objektif ataukah karena 'kegiatan sampingannya' hilang atau berkurang oleh kebijakan Sutanto?

Coba juga tanya sama 'para orang penting' yang bergerak dibisnis gelap dan/atau ilegal baik tingkat nasional maupun di daerah-daerah? Apa yang terjadi dengan bisnisnya setelah Sutanto jadi Kapolri? Apa yang kemudian mereka lakukan agar uangnya tetap berputar?

Sebagai contoh, apa yang terjadi pada mereka di Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta dan Riau? Empat sampel daerah yang mungkin bisa dicek and ricek...

Secara pribadi saya perlu berterima kasih pada kedua orang ini atas apa yang telah dilakukan untuk bangsa Indonesia ini, sesuai dengan kewenangan dan kapasitasnya. Mudah-mudahan saya tidak salah menilai, Ibu dan Bapak akan tetap berprestasi apapun jabatannya setelah pemilu 2009.

Saya juga berharap tidak ada lagi dikotonomi antara pria dan wanita untuk jadi pemimpin dan ga perlu lagi sistem jatah-jatahan. Dengan demikian tidak perlu lagi ada Menteri yang khusus menangani perempuan. Ibu Meutia Hatta bisa dapat peran yang lebih membuat beliau nyaman.

Atau mungkin nanti perlu juga diusulkan menteri urusan laki-laki agar lebih mencerminkan emansipasi?

Wednesday, April 30, 2008

Krisis Ekonomi Global 2008 : Second Chance Bagi Indonesia

Setelah diberi kesempatan pertama tahun 1998, Indonesia mendapat kesempatan kedua untuk melakukan akselerasi agar rakyatnya lebih bermartabat dan makmur.

Mungkinkah kesempatan yang mahal ini dimanfaatkan? Sangat bisa dan mungkin ... !!!

Kita semua sangat dianjurkan untuk berperan serta. Tetapi yang lebih penting lagi adalah peran para selebriti penyelenggaran seperti Presiden (SBY!), DPR, KPK, DPD, BPK, MA, MK, KomnasHAM, Gubernur, Bupati dan Walikota, DPRD, Petinggi Partai Politik dan laen-laen yang sejenis.

Selengkapnya ...

Monday, April 14, 2008

Rakyat Jabar Menginginkan Perubahan : Selamat Untuk Hade!

Nampaknya pasangan koalisi PKS-PAN melalui pasangan cagub-cawagub Ahmad Heryawan-Dede Yusuf akan memenangkan pertarungan, hasil perhitungan cepat 5 lembaga survai menunjukkan hasil yang menyakinkan!

Ini tentu saja beriimplikasi pada peta perpolitikan Jawa Barat dan Nasional. Sebentar lagi Pilgub Jawa Tengah dan Jawa Timur akan digelar. Pertarungan di sana akan sangat penting bagi para elite partai politik besar karena sekitar 50% penduduk Indonesia ada di pulau Jawa.

Kemenangan Hade diluar dugaan para pengamat mainstream, kalkulasinya masih menggunakan hitung-hitungan poltik masa lalu dan terbuai hasil survei orang terpopuler Jawa Barat yang menempatkan Agum Gumelar di posisi puncak. Dede Yusuf juga populer, tetapi saya menduga rakyat Jabar menginginkan perubahan dan ini hanya bisa dipenuhi oleh pasangan yang asalnya tidak diunggulkan, Hade pisan euy!

Saya juga menduga mesin politik PKS dan PAN telah berkerja dengan sangat efektif dan berhasil pempopolerkan Hade pada tinggat ’cukup’, tidak berlebihan seperti pasangan lainnya. Buat saya kampanye dua pasangan lain terasa giung dan jadilah overkill!

Yang menurut saya juga menjadi faktor penentu adalah dalam pandangan rakyat Jabar PKS mewakili partai ’terbersih’ dan PAN mewakili partai tidak berbasiskan agama walaupun warna Islamnya tetap kuat. Dan kedua-duanya partai baru!

Bagi saya pribadi, sangat berharap walaupun warna Islam sangat kuat dan mayoritas rakyat Jabar beragama Islam, Hade menjadi pemimpin semua rakyat Jabar yang seutuhkan. Mudah-mudahan tidak ada kebijakan yang hanya untuk kepentingan golongan tertentu yang, misalnya sangat vokal dan sering protes dan demo disana-sini.

Juga tidak hanya mementingkan balas jasa dan perjanjian ’pra nikah’, walaupun itu tetap penting diperhatikan. Jangan seperti seorang gubernur yang baru terpilih, yang katanya, bagai kacang lupa kulitnya, sehingga proses pengajuaan APBD-nya terus dijegal DPRD sehingga terancam kena sanksi Pemerintah Pusat dan pembangunan DKI terbengkalai. Meskipun dia bisa saja nantinya mempersalahkan DPRD, tetapi jika sudah punya komitmen ’pra nikah’ mbok yang dipenuhi dengan cara yang lebih bijaksana, gitu lho!

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berusaha memenuhi janjinya, kepada siapapun! Jika memang yakin tidak bisa memenuhi janji itu, lebih baik jangan buat komitmen apapun...

Kalaupun tidak bisa memenuhi, jelaskanlah alasan dan kendala yang dihadapi.

Jangan juga mementingkan kelompok yang mempunyai lobi kuat, baik secara ekonomi maupun politik. Tetap mengutamakan kompetensi, visi serta mutu hasil pekerjaan pemrakarsa berbagai proposal pekerjaan yang pasti akan mengalir ke meja-meja Hade!

Jangan lupakah harapan para pemilih, harapan orang yang tidak memiliki akses yang kuat pada anda berdua. Mereka perlu dibantu kemudahanan akses atas berbagai sumber untuk meningkatkan kompetensi dan perbaikan ekonomi. Mereka sebenarnya mampu bersaing, tetapi karena tertinggal starting point-nya, perlu dibantu agar bisa bersaing secara adil dan bisa mencapai kesejahteraannya dengan penuh kebanggaan karena dibantu anda berdua sekaligus atas jerih payahnya. Tidak hanya sekedar belas kasihan, balas budi atau politik populis...

Selamat bekerja buat Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf. Selamat pula buat PKS dan PAN. Saya turut berdoa agar Allah SWT selalu mendampingi anda berdua untuk menjadi peminpin Jawa Barat yang dicintai rakyatkan dengan penuh keikhlasan.

Amin.

Sunday, April 13, 2008

Republik Mimpi Penangkalan Dampak Negatif Internet (Bagian Akhir dari 3 Tulisan)

Bagian 1 Bagian 2

Sudah beberapa kali acara parodi Republik Mimpi Bang Effendi Ghazali bersalin rupa dan berpindah alamat tayang. Mulanya di Indosiar dengan nama Republik BBM, kemudian ke MetroTV menjelma menjadi newsdotcom. Terakhir di TVOne dalam wujud Sikab (Sidang Kabinet). Ada banyak penyebab, diantaranya: perubahan formasi pendukung, hubungan bisnis, somasi Pemerintah, masalah yang membelit sang Wakil Presiden, Jarwo Kwat.

Sebagaimana semboyan mereka “Jangan hanya cuman BBM, mari wujudkan mimpi menjadi kenyataan!”. Menangkal sepenuhnya dampak negatif internet bisa jadi cuman ada di dunia impian. Mengurangi dan melokalisirnya, [mungkin] bisa menjadi kenyataan.

Dalam logika saya, mengendalikan dampak negatif Internet adalah masalah yang kompleks sehingga cara menanganinya juga perlu keterbukaan pemikiran, kerja keras serta melibatkan banyak pemangku kepentingan (stake holders).

There is no easy solution for tricky problem …

Sebagaimana yang pernah saya curhatkan dalam 2 cuap-cuap sebelumnya, pemblokiran situs terlarang adalah usaha menyederhanakan pendekatan pemecahan masalah. Mungkin bisa mencapai hasil dengan cepat, tetapi akan ikut ‘membunuh’ korban yang sebetulnya bukan sasaran dan menciptakan masalah baru yang tidak kalah rumit.

Bapak Mohammad Nuh adalah seorang pakar ICT dan dia diminta menjadi Menteri karena kompetensinya, siapa yang meragukan hal ini? Keputusannya ‘memaksa’ anggota APJII memblokir Youtube membuat saya bertanya-tanya apakah karena ‘terpaksa’ menjalankan perintah atau karena ‘hal’ lain?

Dari sekian banyak faktor kunci, ada dua yang saya anggap sangat penting tetapi kurang mendapat tempat dalam kebijakan Bapak Menteri.
1. Keterlibatan para pemangku kepentingan; dan
2. Penempatan pengguna Internet sebagai subjek seutuhnya.


1. Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Jika sering terlihat Roy Suryo ada dibelakang beliau, apakah karena masukan pakar ICT ini? Dimata umum, Roy Suryo memang seorang pakar ICT; tetapi setahu saya dia bukan satu-satunya. Bukankan masih ada Onno W. Purbo, Budi Rahardjo atau Ikhlasul Amal? Yang merupakan sebagian pakar ICT yang juga dihormati komunitas ICT. Apakah mereka pernah dimintai pendapat?

Itu baru bicara satu aspek saja, ICT.


Padahal Internet adalah sebuah wahana yang memiliki banyak sekali pemangku kepentingan dengan sudut pandang dan pemanfaatan yang sangat beragam. Apakah perwakilan para pemangku kepentingan sudah diajak dialog?

Jika melihat komentar sebagian dari mereka seperti anggota APJII dan media massa. Kayaknya mereka ga diajak urun rembug deh!

Lalu bagaimana dengan para end user Internet seperti komunitas blogger (Enda Nasution dkk.), perusahaan berbasis online (detikcom, kapanlagi, dsb.), para praktisi Internet Marketing (Anne Ahira, Nukman Luftie, Bob Julius Onggo, dll.), para webmaster-webdesigner-webprogrammer. Dan masih banyak lagi!

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, para aparatur Negara seringkali tidak mau repot dan susah dalam menjalankan amanah yang diembannya. Dalam proses pengambilan keputusan pada ranah publik, melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan dan menerapkan pengambilan keputusan berbasis partisipatif (participative decision-making) adalah sangat diajurkan.

Pendekatan semacam ini akan memakan waktu lama, menguras tenaga dan pikiran. Tidak kalah penting… membutuhkan kesabaran! Tetapi hasilnya akan lebih baik, karena keragaman sudut pandang dan kepentingan, teridentifikasi dengan cermat memadu menjadi kemufakatan. Ada seabreg metode yang bisa digunakan dan sudah teruji keandalannya. Cukup banyak pakar di bidang ini, salah satunya adalah Kawi Boedisetio.


2. Penempatan Pengguna Internet Sebagai Subjek Seutuhnya

Dilihat dari perpektif end user, keputusan pengontrolan akses Internet (salah satunya dengan cara pemblokiran) adalah menempatkan end user hanya sebagai objek yang harus dilindungi seperti ’anak kecil’ tanpa berusaha memahami kebutuhannya dan ’mendewasakannya’ melalui pendekatan self-empowering.

Pendekatan end user sebagai objek menganggap pengguna Internet itu bodoh, tidak memiliki alat seleksi diri yang memadai, selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat negatif dan lemah. Di sisi lain, Pemerintah (alias elite masyarakat) adalah kelompok yang pintar, sangat kompeten dan harus melindungi ’kelompok bodoh ini’ dengan segala cara. Dengan demikian lingkungan sekitar mereka harus ’disterilkan’ dari sebanyak mungkin virus-virus kejahatan.

Pada ekstrim lain, pendekatan end user sebagai subjek seutuhnya akan selalu berpedoman bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling sempurna dan sudah memiliki modal dasar, yaitu akal sehat dan nurani. Yang diperlukan adalah petunjuk dan ’pelatihan’ yang sesuai, sehingga memiliki self-empowering untuk terus mengasah daya tangkal terhadap lingkungan jahat yang akan merusak dirinya.

Saya berharap ke depan, Pemerintah memiliki kerelaan hati untuk memperlakukan para pengguna Internet sebagai subjek seutuhnya. Sebagaimana diharapkan dari orang tua yang baik; yaitu mendampingi anak-anak yang dicintainya menjadi dirinya sendiri sesuai harapan dan kebutuhan mereka. Bukannya orang tua yang over protective dan memaksakan kehendak.

Memperlakukan pengguna Internet sebagai subjek seutuhnya, bukan berarti lingkungan tidak perlu dikontrol dan dibiarkan sebebas-bebasnya. Dalam batas-batas tertentu penggunaan Internet tetap perlu dikendalikan. Ini bisa diilustrasikan dengan anak-anak yang memiliki bakat dan kecerdasan yang berbeda-beda. Tidak perlu semua harus lulus jadi Sarjana. Tetap diijinkan masuk SMK dan program Diploma. Bahkan pendidikan nonformal seperti kursus-kursus!

Kontrol ketat dilakukan pada simpul akses Internet yang bersifat publik seperti Warnet, Hotspot, Pendidikan, Kantor dan lain-lain. Pengawasan lebih longgar bisa diterapkan pada simpul akses Internet individu yang sudah dianggap ’dewasa’. Jika masih kurang, individu dibawah 25 tahun, belum bekerja atau menikah, hanya boleh berlangganan secara pribadi jika ada ijin dari orang tuanya. Ini hanya sekedar contoh.

Bila cara ini dianggap lebih jelimet, tentu saja. Kita harus kembali ke adagium ”tidak ada cara yang mudah untuk memecahkan masalah rumit.

Bagaimana cara tersebut ditemukan? Itulah perlunya pengambilan keputusan partisipatif dengan melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan sebagaimana yang sudah di-curhat-kan di atas!

Negara kita punya banyak orang pintar, mengapa tidak diminta untuk berpartisipasi?

Jika para pemegang amanah rakyat meminta dengan baik, mendengarkan dan menghargai mereka, hampir tidak ada alasan untuk ikut sumbang saran ...

Friday, April 11, 2008

Adakah persamaan antar Virus, Antivirus dan Pemblokiran Situs?

(Bagian 2 dari 3 Tulisan)

Bagian 1 Bagian 3

Mungkin ahli ICT lebih bisa menjelaskan, tapi menurut saya secara logis punya kemiripan.


Fenomena Virus-Antivirus

Dimulai dari sebuah virus, kemudian dibuat antivirusnya. Dilanjutkan dengan virus baru diikuti oleh antivirusnya. Berulang kembali melalui kelahiran virus berikutnya dan antivirus laginya. Demikian seterusnya.

Sejak virus ada, apakah virus jadi hilang? Faktanya ternyata tidak ...!
Sejak antivirus dibuat, apakah ada antivirus yang paten untuk semua jenis virus tanpa perlu diupdate-update? Lagi-lagi faktanya belum ada ...!

Yang terjadi adalah sebuat bisnis baru, yaitu program antivirus. Lihat saja banyak perusahaan dan perorangan yang telah meraup keuntungan besar dari bisnis ’kecelakaan ini’...


Fenomena Pemblokiran Situs (Khusus Indonesia)

Maksudnya, tentu saja sangat mulia, menjaga rakyat Indonesia dari 'racun dunia' yang namanya situs porno dan situs SARA.

Kalo kita anggap situs porno dan situs SARA sebagai virus dan peblokiran situs sebagai antivirus maka, saya menduga (mudah-mudahan dugaan ini salah), bahwa fenomenanya akan mirip ’dua-bersodara’ Virus-Antivirus.

Sebagai contoh, jika situs porno tertentu (bukan situs dengan komunitas besar dan beragam seperti Youtube) diblokir. Maka jika targetnya bukan orang Indonesia pasti tenang-tenang saja. Bila targetnya orang Indonesia, mudah saja. Buat situs baru, kasih tahu para ’pelanggannya’ (misalkan lewat email), and the show is on the road again. Jika kemudian kena blokir lagi, ulangi langkah sebelumnya. Demikian seterusnya.

Ini baru satu cara dari ribuan (alias banyak sekali) cara yang bisa ditempuh untuk mem-bypass pemblokiran. Ahli ICT pasti tahu caranya …! :)

Banyak teknik yang lebih sederhana dari ilustrasi sebenarnya bisa ditempuh, tapi jangan tanya saya karena saya bukan ahli ICT …! ;)

Lalu apa yang akan dikerjakan orang-orang yang ada dibelakang proses pemblokiran? Menurut saya mirip dengan yang dilakukan orang-orang yang kerja di perusahaan antivirus. Memelototi kemunculan virus-virus baru, membongkar script virus tersebut dan membuat antivirusnya.

Seperti itulah kira-kira yang akan dilakukan oleh para ’pahlawan’ pemblokiran situs terlarang. Diantaranya memantau search engine, memonitor ’jalan-jalannya’ para pengguna Internet. Jika ketemu mangsa yang sesuai kriteria, ya blokir.

Karena Internet adalah sebuah jaringan yang sangat besar dan terus tumbuh dengan cepat. Sangat bisa dibayangkan beratnya tugas ’negara’ yang ada dipundak para penjaga moral bangsa ini!

Usaha yang demikian berat tentu saja tidak mungkin bisa berjalan tanpa dukungan dana operasional yang sangat besar. Makanya tidak salah jika Deddy Mizwar sempat ngomong, berapa triliun pun dana yang dibutuhkan untuk ini harus diadakan agar usaha mulia ini tidak sia-sia atau kempes di tengah jalan.

Apakah mau para ISP (internet service provider) yang tergabung dalam APJII atau para NAP (network access provider) mendapat pekerjaan ekstra (yang artinya tambah biaya) tanpa adanya kompensasi?

Apalagi urusan ini bukan pekerjaan yang jelas dimana ujungnya dan kapan berakhirnya?

Nah selanjutnya, marilah kita tunggu berapa duit yang akan diajukan oleh Pemerintah kepada DPR untuk operasional para penjaga Internet ini. Jika dana yang dibutuhkan mencapai triliunan, pasti donk banyak yang melirik sebagai lahan bisnis baru. Tentu saja kita semua sudah mahrum dengan istilah ’ada gula, ada semut’!

Setelah itu kita tunggu, siapa-siapa saja yang nanti akan menangguk untung dari 'kue baru' ini. Lalu setelah semua biaya itu keluar, kita tunggu juga keefektifan metode ini dalam menjaga moral bangsa!

Thursday, April 10, 2008

Antara SBY, Youtube, Undang Undang ITE, Penghinaan Agama dan IGOS

(Bagian 1 dari 3 Tulisan)

Bagian 2 Bagian 3


Ikutan Tanda Tangan Petisi (saya udah nomor 12.543)

Apakah semua ada hubungannya? Bisa ya, bisa juga tidak tergantung sudut pandang.

Apakah hubungannya positif atau negatif? Bisa kedua-duanya, lagi-lagi tergantung sudut pandang dan kepentingan masing-masing.

Mari ke mari kita tengok2 sedikit.

SBY, sebentar lagi (2009) Pemilu. Banyak spekulasi analisis bergulir. Diantaranya apakah Undang Undang ITE dan pemblokiran Youtube dalam rangka meningkatkan kembali popularitasnya yang menurut survei-survei tengah anjlok?

Silakan simpulkan sendiri pemirsa!

Menurut saya, walaupun popularitas SBY [katakanlah] turun dari saat awal pemilihan tahun 2004, belum ada calon lain yang lebih kuat untuk jadi presiden tahun 2009 selain beliau. Saya pribadi termasuk yang memilih SBY tahun 2004, tetapi kecewa karena banyak hal tidak sesuai harapan (lihat ini atau ini). Tetapi banyak juga yang mengatakan kinerja SBY di akhir masa jabatan justru lebih baik dari awal-awal. Apakah ini sebuah awal yang bagus untuk Pilpres 2009 atau akhir yang buruk dari kepemimpinan SBY 2004-2009?

Walahualam, silakah direka-reka sendiri!

Kalo dibanding Mega SBY boleh dibilang lebih baik, tetapi kayaknya masih bagusan Habibie atau Gusdur deh! Dalam hal-hal tertentu saya pribadi sangat cocok dengan Gusdur, walaupun banyak orang yang benci sama beliau. Tapi Gusdur tuh ternyata ga cocok jadi Presiden Indonesia, bisa kacau jalannya Pemerintahan! Meningan hanya PKB saja deh yang bergolak-golak, jangan Indonesia!

Habibie, awalnya saya merasa biasa-biasa saja, karena waktu itu lebih berharap Gusdur. Tapi setelah dicermati lebih jauh, sebagai Presiden dia justru lebih baik. Sayang periodenya terlalu pendek, jadi data kurang representatif. Mungkinkah lebih baik begitu? Kalau jadi Presiden lebih lama akan ketahuan ’belangnya’, seperti yang sangat dibenci oleh para putra-putri Soeharto dan dicap sebagai ’anak durhaka’!?

Kembali ke Laptop…

Pemblokiran Youtube yang katanya berhubungan dengan penghinaan agama. Youtube sendiri telah memberi respons. Respons ini, tentu saja membuat Pemerintah (SBY/Mohammad Nuh) kecewa berat. Lalu apakah gerangan yang sebenarnya terjadi?

Salah satu analisis mengatakan (selain berhubungan dengan pemilu dan popularitas SBY) karena Youtube punya Google saingannya Yahoo dan MSN (Microsoft). Kalau Microsoft jadi mengakuisisi Yahoo mungkin motif politik ekonominya lebih nyambung. Tapi kalau tidak, mungkin hanya kebetulan saja. Bagaimana menurut Anda?

Jauh sebelum ini pernah hangat gagasan IGOS (Indonesia Go Open Source), tapi kayaknya kurang direspons dengan baik oleh SBY kala itu. Kebetulan juga pada saat yang tidak berbeda banyak, SBY bertemu secara khusus dengan Bill Gates, bosnya Microsoft. Yang kemudian terjadi adalah, makin gencarnya razia software (Microsoft?) bajakan; sedangkan penggunaan open source, yang menurut analisis sebuah media terkemuka bisa menghemat APBN triliunan rupiah kalo dipake oleh semua instansi Pemerintah, terkesan hilang ditelan bumi.

Apakah ini berhubungan dengan fenomena pembokiran Youtube? Ngga tau juga, silahken direka-reka sediri lah!

Kemudian mengenai Undang Undang ITE yang asal muasalnya dimaksudkan untuk mengatur transaksi elektronik, eh ternyata telah membuat media massa meradang. Usut punya usut ternyata ada pasal yang nyelonong masuk dan bisa diartikan mengontrol pemberitaan media massa. Para kuli tinta tentu saja merasa kecewa karena tidak dilibatkan dalam proses penyusunan Undang Undangnya. Apakah Undang Undang ITE ini memang murni untuk mengatur transaksi elektronik atau ada hidden agenda-nya? Kembali susah disimpulkan arahnya … terserah masing-masing saja deh!

Lalu [akhirnya] masalah penghinaan agama sehingga Youtube diblokir. Tepatkan tindakan ini? Mungkin pendapat seorang bernama RasahCrigis di blognya maseko bisa mewakili salah satu pandangan:
“Pemerintah munafik telah memblokir Youtube. Kalau cuma masalah penghinaan agama, ga usah jauh2. Silahkan ke Gramedia, banyak sekali tuh buku2 penghinaan agama (bukan novel). Standar penghinaan agama itu yang bagaimana? Apa khusus untuk agama mayoritas saja? Trus penghinaan agama2 minoritas dibiarkan? Diskriminasi? Bukan! Itu munafik! Sekarang Youtube diblokir, padahal itu cuma media. Banyak proyek2 penting yang pake media Youtube jadi kacau, karena Youtube banyak dipakai sbg media paling umum. Semalam Youtube masih bisa dibuka, skr sudah tidak bisa. Payah nih Pemerintah.”


Sangat mengena esensinya. Saya suka jalan-jalan ke dua toko buku, Gramedia dan Gunung Agung. Kita bisa lihat realitas yang disampaikan oleh RasahCrigis. Lucunya, ada buku-buku tertentu yang sangat sensitif mengenai tuduhan agama tertentu terhadap agama atau ras lain hanya ada di Gunung Agung, tidak ada di Gramedia!

Seperti biasa, masalah penghinaan agama mencetus ragam pendapat. Ada yang bilang tindakan Pemerintah tepat. Ada yang bilang berlebihan karena hanya gara-gara seupil film Fitna yang dibuat oleh politikus ga jelas …, semua manfaat yang bisa diperoleh lewat Youtube ikut terdongkel. Ada yang kayak Maia istri Dhani, sikapnya ya EGP (emang gue pikirin?)…

Tapi kalau menurut saya sih film Fitna ga ada gregetnya sama sekali, pernah coba lihat lewat LiveLeak atau Youtube, baru sebentar (blon selesai) udah saya putusin ga nerusin liatnya. Bukan karena marah, tapi kayaknya buang-buang waktu saja ga dapet apa-apa. Mening liat pilem AAC yang bikin SBY nangis-nangis atau gosip selebriti, :)

Menurut saya juga, sengaja atau tidak SBY dan Geert Wilders sama-sama dapat popularitas dari kasus ini. Coba search lewat om Google dengan keyword Fitna atau si Belanda ini. Hasilnya gile bener … Jadilah Geert Wilders yang asalnya bukan siapa-siapa populer dimana-mana.

Lalu bagaiaman dengan SBY? Jelas makin populer juga! Lepas dari ada kelompok orang yang sebel, banyak pihak yang senang dengan tindakan SBY memblokir Youtube dianggap positif karena peduli dengan keberatan (bahkan kemarahan) rakyat Indonesia (yang beragama Islam, mayoritas!) pada penghinaan agama ini.

Apapun motifnya, fakta bahwa SBY dan Geert Wilders sama-sama diuntungkan sulit terbantahkan. Lalu siapa yang jadi alat siapa? Lagi-lagi, itu terserah kesimpulan masing-masing saja deh…

Demikianlah sementara ini episode Youtube vs SBY. Jangan dianggap serius yach, apalagi penghinaan kepada Presiden. Entar blogger.com diblokir juga …

Dan saya, jadi masuk penjara, eh salah, populer …