Monday, August 01, 2005

Seberapa Berarti Nama Di Mata Anda?

Catatan:
Artikel ini ditulis kurang lebih 1 tahun yang lalu. Karena bicara hal yang sepele maka saya jadikan opini pembuka di Blog ini.

Pernahkan anda bertanya apa arti nama yang diberikan oleh orang tua? Jika ditanyakan ada kemungkinan mereka akan ceritakan dengan panjang lebar arti dan sejarah nama tersebut. Bila enggan atau tidak memiliki kesempatan untuk bertanya, mungkin anda bisa tanyakan langsung kepada diri sendiri. Apa arti nama kita buat kita? Seberapa penting nama tersebut?

Bagi saya nama punya arti yang sangat penting. Bukan saja karena usaha keras orang tua mencarinya, tetapi juga karena nama adalah identitas kita yang membedakan kita dengan orang lain. Kadang-kadang saya suka risih jika ada orang yang namanya sama dengan saya walaupun cuma nama depannya saja. Apalagi kalau plek sama. tidak bisa dibayangkan perasaannya! Kalau nama kita sama dengan pesohor yang dipuja-puja sih kayaknya oke-oke saja. Tapi bila pas apes sama dengan penjahat kelas berat bagaimana?

Selama ini saya sering heran kenapa orang masih suka salah menulis nama. Mahasiswa salah menulis nama dosen, atau sebaliknya. Antar teman, kerabat, atau pada saat berkirim e-mail. ‘Mal praktek’ penulisan nama ini ternyata bukan hanya monopoli relasi perorangan, tapi juga terjadi pada dokumen penting yang dikeluarkan lembaga berwenang. Misalnya, Akte Kelahiran, KTP, SIM, Rekening Listrik dan lain-lain. Apabila memiliki energi berlebih kita dapat bersusah-susah memperbaikinya. Tapi Jika semangat lagi pas-pasan ya dibiarkan saja, alias pasrah.

Anehnya, fenomena ‘salah ketik’ ini, hampir tidak pernah terjadi bila ber e-mail ria dengan rekan-rekan bule. Mereka selalu benar menulis nama saya. Tentu saja saya heran; malah kadang-kadang hati saya berbunga-bunga manakala yang me-reply-nya adalah seorang tokoh. Dalam hati tercetus, “Hebat betul dia; kesibukannya yang seabreg-abreg, masih menyempatkan diri menulis nama tanpa salah sehuruf pun!”. Padahal susunan huruf nama Indonesia sangat berbeda dengan mereka, perlu usaha ekstra untuk bisa menulis nama asing dengan benar.

Yang menarik, saya pernah ber-email ria dengan seseorang dari Afrika yang berniat menipu. Selama belasan kali kirim e-mail tidak pernah salah menulis nama saya. Padahal dia harus kirim dan jawab ratusan e-mail secara manual tanpa bantuan autoresponder.

Saya tidak tahu apakah keseriusan menulis nama lawan komunikasi itu berkait erat dengan maju atau tidaknya suatu bangsa. Tetapi yang jelas ini nampaknya ada hubungannya dengan budaya. Tapi saya tidak paham sisi budaya yang mana, mungkin pakar budaya atau sosiolog dapat membantu menjelaskannya.

Beberapa tahun terakhir ini saya melihat ada trend baru dalam menulis nama di kartu undangan. Saya tidak ingat persis siapa yang mempelopori dan kapan mulainya. Bunyinya kira-kira seperti ini. “Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan nama/gelar.” Pada awalnya, saya terkagum-kagum dengan “gagasan cemerlang” ini. Dengan inovasi baru ini tentunya para pengundang boleh berlega hati dan yang diundang boleh menyimpan kedongkolannya, kan sudah ada permintaan maaf sebelumnya.

Tetapi setelah dipikir-pikir saya malah jadi khawatir, gejala salah ketik ini akan tambah meraja-lela. Kita menjadi semakin tidak peduli untuk menulis nama orang lain dengan benar. Usaha ke arah lebih serius untuk saling menghargai (walaupun kecil dan kelihatan sangat sepele) menjadi semakin terkikis. Memang sih, ini tidak akan berakibat fatal misalnya, seperti korupsi yang sering dituduh sebagai biang kerok bangsa Indonesia tidak maju-maju. Tapi ya itu tadi, memberantas korupsi kan bukan perkara mudah. Bagaimana jika kita mulai dengan memberantas kesalahan penulisan nama dulu saja.

Saya punya dugaan yang menciptakan ide di kartu undangan punya niat yang baik dan tulus. Tetapi alih-alih ‘memaafkan’ kesalahan kecil ini, kenapa kita semua tidak mulai mencoba untuk lebih bersungguh-sungguh mendapatkan data yang akurat dari orang yang akan kita undang. Kemudian dengan penuh percaya diri kita bisa berkata pada percetakan, “Undangan saya tidak perlu pakai catatan kaki permintaan maaf, karena semua undangan saya sama pentingnya, karena itu namanya sudah saya cek benar adanya!”
Mungkin anda berpikir, untuk apa memikirkan hal sepele seperti ini, wong masalah yang sangat jauh lebih besar saja (seperti penegakan hukum) tidak kunjung digarap secara sungguh-sungguh. Boleh jadi anda benar, dan saya tidak mau berkomentar untuk itu (setidaknya pada saat ini).

1 Comments:

At July 22, 2006 4:35 PM, Anonymous Anonymous said...

Very pretty design! Keep up the good work. Thanks.
»

 

Post a Comment

<< Home