Friday, June 02, 2006

Adakah Hikmah Dari Sebuah Keraguan?

Ya Allah ...
Hamba-Mu yang lemah ini mohon ampun ...
Hamba-Mu yang sedang belajar ini bimbang dan resah ...

Ya Allah ...
Hamba-Mu bersyukur memeluk agama-Mu ...
Tapi Hamba-Mu gundah melihat laku para pemuka agama-Mu ...
Gulana menyimak petuah para ahli Kitab-Mu ...
Jengah akan perang caci yang dilontarkan ...
Gemetar pada kekerasan dan pemaksaaan kehendak yang silih dilakukan.

Ya Allah ...
Dalam anganku, agama-Mu berarti kedamaian ...
Dalam ingatanku, agama-Mu adalah pilihan ...
Dalam asaku, agama-Mu bermakna kesejukan ...
Dalam alam sadarku, agama-Mu merupakan hidayah.

Ya Allah ...
Tidak ada keraguan sedikit pun pada kitab-Mu ...
Semua yang ada pada Kitab-Mu adalah kebenaran hakiki ...
Tapi apakah tafsiran para pemuka agama-Mu selalu merupakan hakikat, jika masih ada perbedaan diantara mereka?
Layakkah perbedaan itu menjadi pangkal saling menghujat?

Ya Allah ...
Saya menangis membaca kisah perjuangan Rasul-Mu ...
Rasul yang berdakwah dengan penuh kasih ...
Utusan-Mu yang berjuang untuk kebenaran dalam kedamaian ...
Tapi jujur, hati hamba sulit tergerak dengan paparan kotbah ahli Kitab-Mu ...
Yang katanya mengambil teladan dari Rasul-Mu ...
Sangat mungkin pikiran yang salah, tapi saya tidak dapat membohongi nurani.

Ya Allah ...
Agama-Mu adalah agama kesetaraan, persamaan semua umat dihadapan-Mu ...
Namun ada diantara sebagian umat-Mu memaksakan kehendak pada umat-Mu yang lain ...
Atau sebagian ahli Kitab-Mu tersirat meninggikan derajat mereka ...
Kemudian merasa berhak untuk menghukum umat-Mu yang lain ...
Bukankah itu berarti mengambil alih kewenangan-Mu?

Ya Allah ...
Engkau adalah hakim yang Maha Adil ...
Engkau hanya akan memutuskan kesalahan umat-Mu setelah maut menjemput ...
Seusai semua kesempatan diberikan ...
Engkau Maha Tahu segala yang tersembunyi dibalik hati setiap umat-Mu ...
Tetapi Engkau tetap menghitungnya nanti di hari akhir.

Ya Allah ...
Tapi mengapa ada sebagian umat-Mu, pemuka agama-Mu, ahli kitab-Mu,
Merasa memiliki hak untuk menghakimi umat-Mu di dunia yang fana ini?
Kala semua orang masih memiliki kesempatan ...
Kala segala masih mungkin berubah ...
Berhakkah kita menjadi jaksa sesama,
Yang notabene sederajat kedudukannya dihadapan-Mu nanti?
Sama-sama jadi tersangka, sebelum akhirnya divonis bersalah atau bebas?
Juga-juga dihitung baik-buruknya, sebelum akhirnya masuk kobaran api atau nirwana?
Saya, bingung, Ya Allah, tapi itulah yang terjadi sekarang!

Ya Allah ...
Kitab-Mu adalah sebuah petunjuk yang hakiki ...
Tetapi apakah bisa diartikan tidak ada petunjuk kebenaran lain diluar Kitab-Mu?
Tidakkah semua yang ada di alam semesta dan dunia ini adalah ciptaan-Mu, representasi kebenaran-Mu?
Bukankah Engkau mengatakan dalam Kitab-Mu bahwa kalimat-kalimat-Mu tidak mungkin ditulis walaupun dua kali isi lautan menjadi tintanya?

Ya Allah ...
Sekali lagi ku mohonkah ampun kepada-Mu ...
Sangat mungkin saya salah, oleh karena itu tetaplah beri petunjuk kepada Hamba-Mu ini ...
Aku yang masih belajar agama-Mu ...
Aku yang ingin terus menimba ilmu agama-Mu ...
Aku mendamba jadi hamba yang mencintai agama-Mu ...
Bukan menjalani agama-Mu karena takut dan ditakuti-takuti.

Ya Allah ...
Harapanku, agama-Mu bukanlah label ...
Impianku, agama-Mu bukanlah pengelompokan ...
Mungkinkah agama-Mu bukan keseragaman perilaku dan tampilan?
Niscayakah agama-Mu bukan kekompakan kalimat dan ucapan?

Ya Allah ...
Dalam benakku, agama adalah pertanggungan-jawaban pribadi kepada-Mu ...
Bukankah itu yang engkau firmankan dalam Kitab-Mu?
Keyakinanku, agama dimulai dari ranah hati ...
Karena hanya Engkau yang bisa menerawang isi hati manusia ...
Bukankah itu berarti hanya Engkau pulalah yang berhak menilai?

Ya Allah ...
Saya percaya, Engkau akan membimbing semua umat menemukan kebenaran-Mu ...
Kebenaran yang boleh jadi sama, atau berbeda satu dengan lainnya ...
Yang hanya bisa diketahui setelah kami semua menghadap-Mu ...
Sehingga kami merasa tidak berhak untuk saling menghakimi keyakinan masing-masing akan hakikat-Mu.

Apakah ini sementara hikmah yang saya peroleh dari sebuah kegundahan?
Bila dianggap sebuah keraguan, ku panjatkan asa agar menjadi sebuah hikmah keraguan ...
Yang akan membawa hamba untuk lebih memahami dan mencintai agama-Mu.

Amin.